Penjahat

 



Seorang pemuda berbadan kuat yang lemah karena lapar, duduk di trotoar jalan sambil menjuluekan tangan kepada setiao orang yang lewat, memohon dan meratapkan nyanyian kesedihan, kekalahanya dalam kehidupan, sambil menanggung derita rasa lapar dan kehinaan.

Ketika malam datang, bibir dan lidahnya telah kering, sementara tanganya masih sama kosongnya dengan perutnya.

Ia kuatkan dirinya dan pergi ke luar kota, di mana ia duduk di bawah pohon dan menangis penuh kepedihan.

Kemudian dia angkat matanya yang penuh teka-tekike langit, sementara rasa lapar masih terus menggerogotinya dari dalam, dia berkata "Tuhan, aku telah pergi kepada orang-orang kaya untuk meminta pekerjaan, namun mereka berpaling katena badanku yang lusuh, aku mengetuk pintu sekolah, namun di larang masuk karena tanganku kosong.

Dengan tekun kucari setiap kesempatan untuk mendapat sesuap nasi, namun tak juga kucapai.

Dalam kehinaan aku minta sedekah, namun para penyembah-Mu memandangku dan berkata "Tubuhnya kuat, tapi pemalas, tidak pantas mengemis."

"Wahai Tuhan, karena kehendak-Mu ibuku melahirkan aku, kini bumi mengembalikan aku pada-Mu sebelum semuanya berakhir."

tiba-tiba wajahnya berubah, ia bangkit , dan matanya tajam bergerak penuh tujuan.

Ia mengambil sepotong kayu besar dan pergi ke kota, ia berteriak, "Aku telah meminta roti dengan segala kekuatan suaraku, dan telah kalian tolak.

Sekarang aku akan melakukanya dengan kekuatan ototku!

Aku meminta nasi atas nama cinta dan ampunan, namun manusia tak mengindahkan.

Dan sekarang aku akan mengambilnya  atas nama kejahatan!"



 Tahun-tahun berlalu menjadikan sang pemuda sebagai perampok, pembunuh, dan perusak jiwa-jiwa, ia menghancurkan segala yang menentangnya ia kumpulkan harta kekayaan yang berlimpah, sehingga ia mampu menunduka  para penguasa.

Ia di hormati para rekanya, iri dengki para pencuri lain, dan ditakuti orang banyak.

kekayaan dan pengaruh yang ia miliki telah membuat gubernur  mengangkatnya menjadi wakil di kota itu, keputusan yang menyedihkan dari seorang gubernur yang tidak bijak.

Kemudian pencuri dilindungi, penindasan didukung oleh penguasa, penganiayaan orang-orang lemah  menjadi pemandangan biasa dan para gerombolan dijilat dan dihormati.

Demikianlah, sentuhan pertama dari egoisme kemanusiaan telah melahirkan penjahat-penjahat yang rendah diri, dan para pembunuh anak-anak kedamaian.

Demikianlah kerakusan awal kemanusian tumbuh menyerang balik pada kemanusiaan seribu kali lipat!